Jumat, 10 Desember 2010

Performa Honda Blade

Honda Blade 110R memang siap balap. Dirancang tidak hanya untuk kebutuhan ke pasar, tapi juga gampang dibikin kencang. Untuk diajak kebut harian, juga tidak perlu main korek yang berisiko mesin rusak. Cukup bolt-on atau pasang part racing sudah langsung ngacir.

Untuk mengetahui peningkatan performa setelah pasang part racing, pertama dijajal kondisi standar dulu. Supaya ada parameter jelas, jajal langsung di atas dynotest milik PT Trimentari Niaga Jaya di Cibinong, Bogor. Dipandu Suar yang aslinya mekanik BRT (Bintang Racing Team).

Kondisi standar, tenaga atau power Blade 110R hanya 7,12 hp pada putaran 6.700 rpm. Setelah itu baru deh pasang knalpot racing. Knalpot racing dicoba duluan karena paling mudah didapat. Semua toko variasi menyediakan pipa buang yang katanya racing itu.

Tapi sayang, khusus buat Blade 110R memang jarang karena masih baru. MOTOR Plus juga ketika jajal menggunakan knalpot racing untuk Supra X 125 merek AHAU. Memang rada susah dipasang karena harus lepas footstep dan rem belakang. Tapi, buat dynotes gak masalah lantaran kedua peranti itu tidak dipakai.

Tanpa perlu seting ini dan itu, langsung aja Blade 110R berknalpot racing naik mesin dynotes lagi. Tenaga yang didapat lumayan mengagetkan. Tanpa seting spuyer tenaga melonjak 8,01 dk pada kitiran 6.700 rpm.[Image]

Karakter Blade 110R memang beda. Motor bebek lain, jika dipasang knalpot racing paling kenaikannya hanya 0,4-0,5 dk. Mungkin karena knalpot standar Blade 110R punya leher kecil. Juga banyak tekukan, sehingga gas buang seperti tertahan.

Spuyer juga tidak perlu diseting. Dari hasil pengukuran AFR (Air Fuel Ratio), terlihat kurvanya berkisar di 13 : 1. “Kondisi ini masih aman, artinya tidak kekurangan atau kelebihan bensin. Tidak overheat dan tenaga tidak ngedrop,” jelas Suar.

Kondisi ideal, pembakaran yang sempurna antara bensin dan udara ada di angka 12,5 : 1. Artinya 12,5 molekul udara terbakar tuntas dengan 1 molekul bensin. Tidak ada sisa yang meninggalkan kerak.

Dari angka ini terlihat jelas, jika masih tetap menggunakan filter, jangan coba-coba meningkatkan angka spuyer. “Risikonya mbrebet atau kelebihan bensin. Tenaga motor juga ngedrop, pastinya ruang bakar juga cepat kotor,” jelas Suar yang asli wong Jowo itu.

Angka 8,01 dk jelas sudah melewati Supra X 125. Dari hasil dynotest, tenaga bebek 125 buatan Honda itu hanya 7,99 dk. Sudah keok dong dilibas Blade 110R. Apalagi sudah ganti CDI racing.

PASANG CDI RACING NAIK LAGI

Setelah knalpot racing langsung lagi coba cangkok CDI racing. Dipilih buatan BRT yang bisa diprogram. Paling pas tipe remote yang fleksibel. Timing atau kurva pengapian bisa diprogram semaunya. Maklum CDI buat Blade 110R dan knalpot racing belum ada yang riset.

Setelah melalui beberapa kali tes serta trial and error, baru didapat timing pengapian pas. Timingnya pada tingakatan rpm akan berbeda. Hasil perfeknya adalah:

RPM DERAJAT SEBELUM TMA
2.500 27
3.000 31
4.000 31
5.000 31
5.500 31
6.500 35
9.500 36
10.000 36
11.000 36
12.000 36

Setelah menggunakan kurva itu, tenaga Blade 110R mencapai 8,34 dk pada gasingan 6.700 rpm. Angka segini jauh meninggalkan Supra X 125 standar yang hanya 7,99 dk.

TIDAK PERLU GANTI SPUYER

Untuk sementara, jika hanya ganti knalpot dan CDI racing tidak perlu pasang spuyer gede. Dari hasil pengukuran AFR (Air Fuel Ratio), angkanya sudah ideal. Ini menandakan mesin 4-tak berbeda dibanding 2-tak zaman dulu.

Ketika era 2-tak, sehabis ganti knalpot dianjurkan ganti spuyer. Sebab mesin 2-langkah tidak dilengkapi klep. Jadi, knalpot sangat berpengaruh dalam mengatur debit gas bekas. Berbeda di mesin 4-tak yang ada klepnya, buka-tutup lubang intake dan out diatur klep, jadinya knalpot hanya membantu sedikit.

Data tidak perlu ganti spuyer ini tentu setelah menonaktifkan AIS (Air Induction System) ketika tes AFR. Di Honda disebut SASS (Scondary Air Suply System). Fungsinya menyemprotkan udara segar ke dalam gas buang. Jika SASS diaktifkan akan memperkaya oksigen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar